Siapakah yang tak nampak itu? Dan bagaimana caranya supaya bisa
menjadi nampak? Banyak kisah menjadi cerita hingga terbukti telah nyata. Ibarat
ketika kita ditanya “bagaimana kabarnya?” Alhamdulillah baik.. coba tanyakan
kembali, ah yang benar? Meskipun keadaan kamu lagi terpuruk engkaupun akan
mengatakan baik. Nah, artinya apa yang dikatakan itu tak selamanya sesuai
dengan hati yang tak nampak. Itulah yang tak nampak itu ialah hati. Hati itu
yang tahu hanya pemiliknya dan yang memberi hati tersebut. Hati itu adalah raja
dan tubuh itu adalah pasukannya, bisa diartikan jika rajanya baik maka
pasukannya akan baik begitu juga dengan sebaliknya ketika rajanya buruk maka
pasukannyapun juga akan buruk. Semoga raja yaitu hati kita bisa diposisikan
dengan apa yang kamu miliki.
Kalau kita bisa mengetahui secara
langsung bahwasanya apa yang kita ucapkan adalah atas proses dari hati dan
fikiran kita. Suasana hati sangat mudah diketahui dari setiap sikap yang
nampak. Hati bisa menjadi kotor bisa juga menjadi bersih. Oleh karena itu,
ketika hati mulai kotor berusahalah untuk membersihkannya agar kotoran itu
tidak membandel, bayangkan saja ketika kotoran tidaks segera dibersihkan, maka
yang terjadi kotoran itu akan segera bertambah menjadi yang lebih banyak.
Kalian semuanya tentu nggak mau kan?
Suatu saat setiap diri akan merasakan
pemberontakan antara logika dan hati. Ketika keduanya tak bisa menyatu , maka hati
kecil tak akan bisa dibohongin meskipun sebenarnya yang ditampakkan adalah
lawan dari hati kecil. Memanaje hati itu adalah mengatur, menata dan
mengendalikan hati agar senantiasa tetap di jalan-Nya. Rasanya sangat pahit sekali
ketika kita telah gagal memaneje hati terasa kita telah melanggar apa yang tidak
disukai-Nya. Tersadar kita menyesal akan yang telah dilakukan. Teori tak lagi
mendukung itulah terkadang kondisi yang sesungguhnya telah menjadikan kita
terlupa akan semuanya meskipun di dalam kondisi sadar kita masih melakukan hal
yang sekiranya tak selaras antara hati dan logika fikir yang kita miliki.
Sobat, inilah saat kita tak lagi bisa
menjawab dari setiap kerisauan hati yang terjadi. Hanyalah kita yang menanti
sebuah jawaban, apakah hikmah dari semua ini? Do’a yang terpanjatkan agar hati
menjadi bersih adalah sebuah harapan, namun sekali lagi manusia terkadang
selalu kambuh tuk mengotorinya kembali. Ketika kotor sungguh ingin rasanya kini
harus kembali kepada-Nya. Sungguh malu sekali melihat sikap kita yang selalu
membikin terkotornya hati yang lembut. Kalian pasti mengetahui bahwasanya
dibalik kebesaran itu ada kecil yang ada di dalam dirinya. Bisa dikatakan orang
yang terlihat buruk sekalipun pasti di hati kecilnya ingin menjadi yang lebih
baik. Maka, yang kecil itu adalah hati. Hati itu tak nampak namun bisa terlihat
dari sikap dan perilaku kita.
Hati-hati dengan hati, jangan main-main
dengan hati dan jangan coba-coba dengan hati. Bisa kita melihat dari sudut
pandang keluarga, ketika keluarga itu baik maka iapun mendidik anaknya untuk
menjadi yang lebih baik, begitu juga dengan sebaliknya. Bisa dikatakan keluarga
itu raja dan anakanya adalah pasukannya.
Menata hati dengan dzikrullah adalah solution.
Karena fikiran kita akan selalu terbentengi dengan kalam-Nya. Jika hati
mulai kotor jangan sibukkan dengan fikiran kosong tapi lakukanlah dengan
kesibukan sehingga kamu tak lagi ada waktu tuk meratapi apa yang terjadi. Lalu yang terpenting,
buatlah ketegasan terhadap hati. Setiap kamu melanggar dari niat baikmu berilah
balasan terhadap diri agar kamu tak lagi melanggarnya. Yakinlah yang bisa
memanaje hati adalah diri kita sendiri, karena orang lain adalah ssarana
dorongan dan motivasi dan semuanya adalah kembali setiap pemilik hati.