Mengenai Saya

Foto saya
Anugerah yang dikirimkan oleh Allah untuk orang tua saya adalah terlahirnya putri ke dua dari tiga bersaudara yang bernama Fatimatus Sholikah Dwi Wahyuni. IAIN SURAKARTA ADS (Aktivis Dakwah Kampus), KAMMI AL-Aqsha IAIN SKA, KTI (Komunitas Trainer Indonesia), Radio Dista FM, BEM Institut IAIN SKA

Jumat, 02 Mei 2014

KEBETULAN ATAUKAH KESENGAJAAN?


Di bawah lindungan Allah, ku berusaha menjadi yang baik. Proses menuju kebaikan yang terkadang belum menyeluruh pada hati dan jiwaku. Lisan dan perbuatan yang belum bisa seimbang, ibarat memerintah orang lain tetapi hati sendiri belum melakukan kata hati seperti melakukan sesuatu belum selaras dengan lisanku. Sungguh diri ini kecil dan lemah, keimanan yang belum kuat, keegoisan yang tinggi, sulit menerima kritik dan saran, serta selalu sombong di gemerlapnya dunia.
            Kebetulan ku mempunyai sahabat yang mungkin kini ku baru sadar telah diperhatikan dengan nasehat-nasehat baiknya. Tempo dulu ku merasa pingin menang sendiri, sulit untuk dikritik dan diberi saran, kini ku merasakan bahwasanya nasehat itu benar harus diberlakukan sekarang. Katakanlah ku kurangnya kasih sayang, semenjak Ibuku tiada perhatian banyak ku dapat dari saudaraku tercinta dan kini siapa lagi kalau bukan sahabat.
            Sahabat yang selalu melindungi, membimbing untuk kebaikan kita, selalu kita abaikan kebaikannya bahkan tanpa kita sadari yang kita campakkan selalu mendo’akan kita.  Sungguh apakah ini sahabat yang kebetulan atau kesengajaan? Tak pernah sahabat membalas sikap buruk ku bahkan dia selalu berdo’a. Dan sahabat itulah yang membuatku dewasa, sungguh beratinya sahabat, sahabat yang bukan hanya kita manfaatkan ketika kita membutuhkannya akan tetapi sahabat yang bisa kita ajak bekerja sama, saling menasehati dan mengingatkan.
            Awalnya ku selalu suudzan, apa sih untungnya suudzan? bahkan sadar suudzan itu perbuatan yang tidak baik, akan tetapi sahabat yang membaiki kita, malah kita yang selalu menyakitinya bahkan ia tak membalasnya, astaghfirullahal’adzim, ternyata husnudhan itu juga perlu dibutuhkan latihan. Mudah lisan ini untuk mengatakan itu sungguh jika kita memahami dan mengaplikasinnya sungguh perlu tahap-demi tahap yang selalu mengalami jatuh bangun.
            Kebetulankah atau kesengajaan ku mempunyai sahabat yang mungkin unik bagiku. Ia bisa mengetahui apa yang ku lakukan, dari batin, niat, yang nampak bahkan yang tak nampak. Awalnya ku merasa takut. Ku bingung ko bisa tahu ya,, jangan-jangan, kecurigaan selalu muncul, katakanlah kegalauan yang tingkatnya hampir tinggi. Ku selalu berusaha mencari solusi, bahkan solusi itulah yang bisa menenangkan aku untuk selalu berhusnudhan, bahwasanya luruskan niat, yang bisa mengetahui itu semua hanyalah Allah, keimananmu harus kamu tingkatkan.
            Perasaanku selalu gelisah, kenapa sahabatku bisa tahu semuanya, sehingga yang terjadi ku malu dengan diriku sendiri, bahkan sama Allah, Allah saja yang selalu melihat perilaku kita tanpa tidur kita seakan mati rasa, itu baru manusia yang ibaratnya mempunyai kelebihan, kita merasa diawasi, positifnya bahwasanya Allah yang utama, Allah yang selalu mengawasi kita, seharusnya ku lebih malu sama Allah, dengan begitu ku sadar ku merasa kecil, apa yang kita banggakan di dunia ini, semuanya hanya titipan, dan bagaimana kita mengelolanya?
            Terimakasih dan maaf yang selalu kuucapkan kepadanya, seorang sahabat dibalik ketenangannya mempunyai kebaikan yang mungkin kita baru sadar setelah kita mengetahui kebaikannya dan bahwasanya tetaplah Allah yang selalu mengawasi kita, seharusnya kita takut dan hati-hati dalam berbuat maksiat. Kebetulan yang mendidik adalah bersikap husnudhan kepada siapapun.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut