Inilah Karya SMA Kelas 3
Annisa adalah gadis kecil yang dilahirkan dari keluarga yang sangat
sederhana. Dia ditinggal meninggal oleh Ayahnya sejak dia kelas 1 SD. Dia
mempunyai 2 saudara yang sangat mencintainya. Kedua kakaknya benama Aida dan
Mila. Annisa anak terakhir yang membutuhkan kasih sayang seorang ayah, meskipun
kasih sayang Ibu tidak pernah kurang, namun Annisa merasa kurang tanpa hadirnya
Ayah.
Ketika kelas 6 SD setelah menerima
rapot sekolah dan pembagian ijazah Annisa merasa sedih. “Annisa kenapa ayahmu
tidak datang mengambil hasil belajarmu?” Kata Azza (teman yang suka
mengejeknya). “Nanti ibuku akan datang, mungkin sekarang masih dijalan, dan
bapakku sudah ada di surga, jadi tidak mungkin kesini.” Jawab Annisa(sambil
mukanya ditekuk). “Azza ngapain kamu disini, pasti jahilin Annisa, pergi sana !” Kata Salma ( teman
akrabnya).” Hallah sukanya marah-marah, dasar Salma gendut dan galak” jawab
Azza. “Kalian ngapain bertengkar, Annisa disini baik-baik saja, Itu Ibu sudah
datang, jadi ijazahku bisa diambil”.Kata Anisa sambil tersenyum melihat Ibunya
menuju kelas.
“Hore Ibu datang, Ibu cepetan masuk
kelas ya, sudah ditungguin Ibu Guru” (Annisa berjabat tangan sama Ibu dan
mencium tangannya). “Hallah bapaknya tidak ada katanya di surga, paling
nilainya jelek, kan tidak pernah ditemani belajar sama bapaknya” Sahut
Azza.
“Azza kamu jahat banget sih sama
Annisa, emang dia salah apa sama kamu, dia sudah tidak punya Bapak, karena
Bapaknya meninggal dunia karena sakit, Ibunya cari uang sendiri, kamu tidak
boleh kayak gitu, nanti kalau nangis gimana? (Salma memberi pengertian tentang
Ayahnya Annisa karena Azza murid baru di kelas 6 SD kemarin).
“Ooww... jadi
meninggal dunia??”
“Iya kamu harus
beruntung masih punya orang tua yang
lengkap dan kaya”. Kata Salma.
Ibunya Annisa
keluar dari kelas dengan menangis dan langsung memeluk Annisa dengan erat.” Nak kamu harus rajin
belajar yang rajin, supaya cita-citamu terwujud dan menjadi kebanggaan
keluarga”. (kata ibunya).
“Ibu mengapa
menangis? Annisa lulus tidak bu? Bu, Ibu Annisa lulus tidak bu? Ayo jawab Bu”.(
Annisa bertanya dengan air mata yang mengalir di wajahnya). Kemudian Ibunya
mengusap air mata di wajah Annisa dengan
senyum bahagia.” Kamu lulus nak, nilaimu sangat bagus, kamu harus meraih
cita-citamu”. “Iya bu Annisa berusaha belajar yang rajin”. (Annisa dan Ibu
pulang).
Bagaimana hasil
ijazah kamu dik Annisa? Kakak ingin melihatnya.” Kata Kak Aida
“Ini kak coba
lihat nilai Annisa, baguskan?”(Annisa memberikan rapot dan ijazahnya
“Wah Adik pinter,
belajar yang rajin supaya adik bisa melanjutkan ke SMP yang unggulan.” Kata Kak
Aida.
“Oh iya, bentar
lagi Annisa SMP, bingung kak mau sekolah mana.”
(Tiba-tiba Salma
datang menepuk pundak Annisa) Hai Annisa bagaimana lulus tidak? Kakak pinjem
rapot dan ijazahnya mana?”
“Lulus kak, kakak
Annisa bingung nih mau ngelanjutin
sekolah dimana.” Kalau bisa sekolah yang
murah saja, Ibu cari uang sendiri, kasihan Ibu.
Pada waktu sore
hari Annisa terlelap tidur. Ibu, Aida dan Salma berkumpul di teras dalam rumah. “Ibu
bagaimana dengan proses belajar Annisa, dia harus mlanjutkan ke SMP karena
selain dia pinter juga perhatian sama keluarga. (Kata Aida kakak pertamanya
yang sudah bekerja dengan penghasilan cukup untuk kebutuhan sehari-harinya).”
Salma menambahinya bahwa Annisa harus sekolah, karena Salma sudah di sekolahkan
sampai SMP juga, tidak adil kalau Annisa tidak melanjutkan dan dia harus
disekolahkan di sekolah yang unggulan.
“Iya anak-anak Ibu
harus pinter semua dan harus bisa
mengejar cita-cita meski kita lemah keuangan tetapi kita tidak boleh
lemah berdoa dan berusaha”. “Masih ada waktu
untuk kita mencari uang”. “Semoga Allah memberi rejeki kepada keluarga
kita”. Setiap hari Ibu dan ketiga anak-anaknya selalu berdoa dan tidak hentinya
Ibu selalu menekuni kerja di Pabrik dan anak-anaknya menjual jajan disekeliling
rumah. Uang yang mereka dapat telah terkumpul Rp. 500,000,00,-. Uang itu sangat
kurang sekali untuk biaya masuk SMP Annisa.
Pendaftaran masuk
SMP segera ditutup Annisa bingung harus sekolah apa tidak. Tiba-tiba salah satu
Gurunya datang kerumah Annisa.
“Assalamu’alaikum Annisa” (salam Pak Budi wali kelas Annisa).
“ Wa’alaikumsalam wr.wb Pak Budi?”
“ Mari masuk dulu ke rumah, ada apa ya pak?” Ibu lagi tidak ada di
rumah.
“Begini Annisa, ada kabar
gembira untuk kamu, kamu bisa sekolah gratis karena selain prestasimu bagus
kamu juga telah membawa nama harum
sekolah”. Jadi sangat disayangkan jika kamu tidak melanjutkan sekolah. Kamu
nanti akan sekolah dengan beasiswa dari Lembaga dan pemerintah. “bagaimana
Annisa bisa diterima tawaran Pak Guru?”
“Saya belum bisa menjawab Pak”. (Ibu tiba-tiba pulang dari pabrik).
Pak Budi kemudian menjelaskan semuanya. Akhirnya Ibu sangat senang
sekali dan
akhirnya Annisa bisa sekolah di unggulan dengan gratis dan dibiayai
karena prestasinya, usaha dan do’anya.
Pak Budi selalu
memotivasi Annisa bahwa pendidikan itu sangat penting. Apalagi dengan siswa
yang cerdas seperti Annisa. Meski lemah materi, keuangan tidak menghalangi kita
mengejar cita-cita dengan selalu berdo’a dan berusaha. Annisa sangat bahagia
sekali dan keluarganya sangat bersyukur semua doanya bisa terjawab oleh Allah.
Annisa semakin percaya diri dan semangat dalam belajar. Mekipun dia gadis kecil
tetapi cara berfikirnya sangat luar biasa. Kelemahan keuangannya tidak
menghalangi cita-cita Annisa untuk melanjutkan sekolah SMP unggulan.
Prestasinya selalu meningkat dan menjadi kebanggaan orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar