RUMAH YANG HAKIKI ADALAH DAKWAH
Mendengar kata “dakwah” sungguh berat jika kita mengetahui di
dalamnya. Tetapi kita sebagai umat Islam sebagai generasi pembangun peradaban
haruslah tahu apa potensi kita di dalam dakwah?
Tidak mungkin kita akan membangun rumah tanpa ada konseptor,
kontraktor, orator, cari uang, penulis dll. Oleh karena itu kita harus
mengetahui potensi kita untuk membangun peradaban. Termasuk potensi manakah
yang kita miliki. Janganlah kita menjadi pribadi yang ikut-ikutan sebagai ai
yang mengalir Karen akita harus menggali potensi yang kita miliki. Carilah yang
paling menonjol.
Akhwatifillah, kita terkadang tersibukkan karena kegiatan rutinitas
kita. Kita mempunyai banyak amanah. Ibarat 5 amanah yang antum harus fokus di
dalamnya. Akan tetapi mana yang harus antum prioritaskan? Tentu antum sudah
mempunyai grafik yang paling tinggi. Kita sebagai aktivis dakwah bahwa yang
paling tinggi haruslah dakwah kita, lihat 5 jari tangan kita, ambil yang paling
tengah itulah sebagai pondsi kita, sehingga yang disamping adalah sayap-sayap
kita. Memang jika prioritas kita bisa dalam kondisional sesuai kebutuhan akan
tetapi intisarinya pondasi kita adalah dakwah. Ketika pondasi kita kuat sayap
kitapun akan kuat sebaliknya jika pondasi kita roboh tentu sayap itupun juga
kan roboh. Jika kita berdiri sendiri di dakwah cepat atau lambat sayap itupun
akan muncul, akan tetapi jika kita memprioritaskan yang lain maka kita akan
roboh. Oleh Karena itu kita harus mempunyai strategi yang baik agar semua bisa
kuat. Akan tetapi jika kita tidak kuat boleh kita memotong satu sayap, jika itu
akan memberikan kefokusan kepada diri kita daripada kita tidak focus semuanya. Karena
berdakwah tidak harus raga kita yang bergerak, maka gunakanlah proses
kaderisasi, sehingga kita bisa mencari generasi penerus dan kita bisa dengan
cukup memantaunya tanpa harus raga kita yang disana. Nah akhwatifillah, namun jangan
pernah kita memutuskan rumah kita, makas semuanya nanti akan roboh.
Dakwah itu adalah mengajak, mensyiarkan dll. Jika kita sebagai
mentor yang bagus maka generasi kitapun akan menjadi bagus, akan tetapi jika
kita sebagai mentor yang retak maka akan melahirkan generasi yang retak. Barisan
orang yang baik mempunyai strategi rapi
akan mengalahkan barisan orang yang buruk mempunyai strategi rapi, jangan sampai kita dikalahkan
oleh orang yang mempunyai strategi rapi untuk mengajak keburukan. Kita harus
lebih semangat untuk menyusun strategi yang lebih baik.
Yapzz, bagaimana kita sebagai aktivis dakwah beranikah memasuki
dunia politik? Politik itu apa sih? Inilah sebagai pengetahuan kita sebagai generasi
pembangun peradaban. Demokrasi adalah miliknya orang barat yang tentunya itu
bertolak belakna dengan Islam. Pertanyaannya bolehkah kita mengikuti ataupun
memasuki di dalamnyayang notabennya itu adalah bukan ajaran Islam?
Wah kita sebagai kader dakwah, tentu harus tahu, bahwasanya ‘kita
boleh masuk” karena apa? Ya jadikan demokrasi itu sebagai kendaraan. Kita bisa
memasukinya karena tujuan kita adalah dakwah. Apakah itu? Mengillahkan Lillah, bukan
mengillahkan yang selain Lillah. Karena kendaraan itu kita bisa menata dan
mengatur semua di dalam Islam. Ibarat seorang pemimpin atau presiden, karena ya
memang yang bisa menjalankan roda pemerintahan adalah presiden. Maka supaya
kita bisa kita kesana itu dengan melalui demokrasi. Kendaraan yang dulu sepeda
ontel menjadi motor, mobil, bis, kereta api dan menjadi pesawat terbang. Nah
itu adalah strategi agar kita bisa kesana harus memakai kendaraan tersebut. Banyak
strategi buruk yang rapi direncanakan, maka kita juga harus membuat strategi
baik yang direncanakan kan? Yapzz, semua harus butuh perencanaan, jangan sampai
kita dikalahkan.
Apakah antum sudah mencintai rumah dakwah? Apakah yang antum
alakukan ketika rumah anda dicaci dan dimaki? Apakah engkau siap membela? Ataukah
ikut mencaci dan memakinya? Jawabannya adalah sesuai dengan antum. Maka kita
sebagai umat Islam jika itu baik kenapa
tidak dilakukan?, jika itu buruk kita
harus meninggalkan. Apakah yang menghambat antum dalam berdakwah? Pertanyaan ini
dalah penyakit yang butuh obat. Apakah
penyakit kecil sensitive? Cuek? Iri? Dll. Maka kubur dalam-dalam penyakit itu
dan cari solusi untuk melancarkan kinerja kita.
Harapannya bahwa kita sebagai generasi pembangun peradaban harus
tahu kita fikriyahnya apa? Apa tujuannya? Apa potensi kita? Apa yang menghambat
kita? Nah semoga kita tetap istiqomah di jalan Allah. Rumah yang hakiki adalah
rumah yang membina, mendidik kita dan menjadikan kita manusia yang mempunyai
karakter islmai, cerdas, kritis dan semata-mata Allah Ghayatuna.
Semangat
Yaa Akhwatifillah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar